Analisis Data Kategorik - Studi Retrospektif - Data Berstrata
Ini soal ujian tengah semester.... :)
Semoga bermanfaat...
CONTOH KASUS
Seorang dokter ingin meneliti pengaruh kebiasaan makan sambal terhadap
penderita usus buntu bermasalah. Ia mengambil 212 orang yang terkena usus buntu
bermasalah dan 166 orang yang usus buntu baik-baik saja. Subjek penelitian
tersebut kemudian dibedakan lagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang
berusia kurang dari 25 tahun (<25 tahun) dan kelompok yang berusia lebih
dari sama dengan 25 tahun (≥25 tahun). Diambil sampel 212 orang terkena
gangguan usus buntu dan 166 tidak terkena gangguan usus buntu.
Dari kelompok yang
berusia < 25 tahun:
Dari 30 orang yang
terganggu usus buntu, 17 orang diantaranya mempunyai kebiasaan makan sambal;
Dari 60 orang yang tidak
bermasalah usus buntu, 6 orang diantaranya memiliki kebiasaan makan sambal.
Dari kelompok yang
berusia ≥25
tahun:
Dari 182 orang yang
terkena gangguan usus buntu, 32 orang diantaranya tidak mempunyai makan sambal
Dari 106 orang yang tidak
terkena gangguan usus buntu, 70 orang diantaranya tidak memiliki makan sambal.
a) Desain penelitian apa yang digunakan?
b) Konstruksikan tabel total dan tabel strata. Lakukan analisis lengkap untuk penelitian di atas!
c) Apakah faktor usia merupakan faktor perancu? Kemukakan alasannya!
d) Lakukan uji
mantel Hansel jika diperlukan.
e) Apakah kesimpulan akhir yang diperoleh dokter tersebut?
1.
Pengaruh kebiasaan makan
sambal terhadap penderita usus buntu bermasalah
a)
Desain penelitian apa
yang digunakan?
Desain penelitian yang digunakan adalah desain
retrospektif. Merupakan rancangan studi yang mempelajari hubungan antara
paparan dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus degan kontrol
berdasarkan suatu paparan. Dengan ciri banyak subjek yang terkena panyakit usus
buntu bermasalah dan tidak bermasalah sudah ditentukan terlebih dahulu.
Kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek mempunyai riwayat status kebiasaan
makan sambal atau tidak.
b) Konstruksikan tabel total dan tabel strata. Lakukan analisis lengkap untuk penelitian di atas!
·
Tabel
Total
|
Usus
Buntu
|
Total
|
||
Bermasalah
|
Tidak
|
|||
Sambal
|
ya
|
167
|
42
|
209
|
tidak
|
45
|
124
|
169
|
|
Total
|
212
|
166
|
378
|
ANALISIS TABEL TOTAL
Dari hasil pengolahan data SPSS diperoleh output sebagai berikut:
Tabel diatas merupakan ringkasan data dan nilai frekwensi harapan.
Ø
Dari 212 orang yang terkena usus-buntu
bermasalah, 167 diantaranya mempunyai kebiasaan makan sambal dan 45 tidak.
Demikian juga untuk 166 orang yang tidak terkena usus buntu bermasalah, 42
orang mempunyai kebiasaan makan sambal dan 124 tidak.
Ø
Tidak ada sel yang mempunyai nilai frekuensi
harapan kurang dari 5, maka inferensi menggunakan statistik uji Chi-square.
Statistik uji chi-square ditampilkan sebagai berikut :
Uji Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan sambal dengan usus-buntu
yang bermasalah
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan makan sambal dengan
usus-buntu yang bermasalah
Tingkat
Signifikansi
Alpha = 0,05
Statistik Uji
X2hitung = 107,687
p.value = 0,000
Daerah Kritik
Ho ditolak jika X2hitung
> X20,05;1(3,84) atau p.value < alpha (0,05)
Kesimpulan
Karena X2hitung (107,687)
> X20,05;1(3,84)
atau p.value(0,000) < alpha(0,05), maka Ho ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan
sambal dengan usus buntu yang bermasalah.
Ø
Pada studi retrospective, ukuran asosiasi
yang digunakan adalah OR. Diperoleh nilai estimasi OR = 10,957 ≈ 11, artinya seseorang
yang punya kebiasaan makan sambal beresiko terkena usus buntu yang bermasalah
11 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kebiasaan makan
sambal. Hal ini juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan
sambal dengan masalah usus buntu karena nilai estimasi OR-nya melebihi 1.
Ø
Interval konvidensi 95% untuk OR sebesar 6,777
≤ OR ≤ 17,714 yang tidak melewati angka 1, menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara kebiasaan makan sambal dengan masalah usus buntu.
·
Tabel
Strata
|
Usus
Buntu
|
Total
|
||
Bermasalah
|
Tidak
|
|||
Sambal
|
ya
|
17
|
6
|
23
|
tidak
|
13
|
54
|
67
|
|
Total
|
30
|
60
|
90
|
ANALISIS TABEL STRATA 1 (Kelompok usia < 25 tahun)
Dari hasil pengolahan data SPSS diperoleh output sebagai berikut:
Ø
Dari 30 orang yang terkena usus-buntu
bermasalah, 17 diantaranya mempunyai kebiasaan makan sambal dan 13 tidak.
Demikian juga untuk 60 orang yang tidak terkena usus buntu bermasalah, 6 orang
mempunyai kebiasaan makan sambal dan 54 tidak.
Ø
Tidak ada sel yang mempunyai nilai frekuensi
harapan kurang dari 5, maka inferensi menggunakan statistik uji Chi-square.
Statistik uji chi-square ditampilkan sebagai berikut :
Uji Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan sambal dengan usus-buntu
yang bermasalah
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan makan sambal dengan
usus-buntu yang bermasalah
Tingkat Signifikansi
Alpha = 0,05
Statistik Uji
X2hitung = 22,894
p.value = 0,000
Daerah Kritik
Ho ditolak jika X2hitung
> X20,05;1(3,84) atau p.value < alpha (0,05)
Kesimpulan
Karena X2hitung (22,894)
> X20,05;1(3,84)
atau p.value(0,000) < alpha(0,05), maka Ho ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan
sambal dengan usus buntu yang bermasalah.
Kekuatan/keeratan hubungan antara dua variabel tersebut dapat dilihat pada
tabel Risk Estimate sebagai berikut :
Ø
Pada studi retrospective, ukuran asosiasi
yang digunakan adalah OR. Diperoleh nilai estimasi OR = 11,769 ≈ 12, artinya seseorang
yang punya kebiasaan makan sambal beresiko terkena usus buntu yang bermasalah
12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kebiasaan makan
sambal. Hal ini juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan
sambal dengan masalah usus buntu karena nilai estimasi OR-nya melebihi 1.
Ø
Interval konvidensi 95% untuk OR sebesar
3,877 ≤ OR ≤ 35,724 yang tidak melewati angka 1, menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara kebiasaan makan sambal dengan masalah usus buntu.
Kelompok usia ≥ 25 tahun
|
Usus
Buntu
|
Total
|
||
Bermasalah
|
Tidak
|
|||
Sambal
|
ya
|
150
|
36
|
186
|
tidak
|
32
|
70
|
102
|
|
Total
|
182
|
106
|
288
|
ANALISIS TABEL STRATA 2 (Kelompok usia ≥ 25 tahun)
Dari hasil pengolahan data SPSS diperoleh output sebagai berikut:
Tabel diatas merupakan ringkasan data dan nilai frekwensi harapan.
Ø
Dari 182 orang yang terkena usus-buntu bermasalah,
150 diantaranya mempunyai kebiasaan makan sambal dan 32 tidak. Demikian juga
untuk 106 orang yang tidak terkena usus buntu bermasalah, 36 orang mempunyai
kebiasaan makan sambal dan 70 tidak.
Ø
Tidak ada sel yang mempunyai nilai frekuensi
harapan kurang dari 5, maka inferensi menggunakan statistik uji Chi-square.
Statistik uji chi-square ditampilkan sebagai berikut :
Uji Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan sambal dengan usus-buntu
yang bermasalah
H1 : Ada hubungan antara kebiasaan makan sambal dengan
usus-buntu yang bermasalah
Tingkat Signifikansi
Alpha = 0,05
Statistik Uji
X2hitung = 68,761
p.value = 0,000
Daerah Kritik
Ho ditolak jika X2hitung
> X20,05;1(3,84) atau p.value < alpha (0,05)
Kesimpulan
Karena X2hitung (68,761)
> X20,05;1(3,84)
atau p.value(0,000) < alpha(0,05), maka Ho ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan
sambal dengan usus buntu yang bermasalah.
Kekuatan/keeratan hubungan antara dua variabel tersebut dapat dilihat pada
tabel Risk Estimate sebagai berikut :
Ø
Pada studi retrospective, ukuran asosiasi
yang digunakan adalah OR. Diperoleh nilai estimasi OR = 9,115 ≈ 9, artinya seseorang
yang punya kebiasaan makan sambal beresiko terkena usus buntu yang bermasalah 9
kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mempunyai kebiasaan makan
sambal. Hal ini juga menunjukkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan
sambal dengan masalah usus buntu karena nilai estimasi OR-nya melebihi 1.
Ø
Interval konvidensi 95% untuk OR sebesar 5,236
≤ OR ≤ 15,866 yang tidak melewati angka 1, menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara kebiasaan makan sambal dengan masalah usus buntu.
c) Apakah faktor usia merupakan faktor perancu? Kemukakan alasannya!
Dalam kasus ini, faktor usia bukan merupakan
faktor perancu. Karena, hasil uji hipotesis dan ukuran asosiasi dari tabel
total dan tabel strata 1 maupun 2 tidak ada perbedaan kesimpulan diantara
keduanya. Maka, variabel faktor yang berasal dari variabel usia tersebut bukanlah
perancu.
d) Lakukan uji
mantel Hansel jika diperlukan.
Karena faktor perancu tidak signifikan, maka
tidak diperlukan analisis Mantel-Haenzel untuk menarik kesimpulan ada atau
tidaknya hubungan antara kebiasaan makan sambal dengan masalah usus buntu.
e) Apakah kesimpulan akhir yang diperoleh dokter tersebut?
Hasil
analisis yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara kebiasaan makan sambal dengan masalah usus buntu. Dengan nilai
estimasi OR = 10,957 ≈ 11, artinya seseorang yang punya kebiasaan makan sambal
beresiko terkena usus buntu yang bermasalah 11 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak mempunyai kebiasaan makan sambal. Dengan interval konvidensi
95% untuk OR sebesar 6,777 ≤ OR ≤ 17,714.
Komentar
Posting Komentar