Becak Motor - Aceh

Selamat malam,
Menginjak bulan februari ini tepat satu tahun saya merantau di Aceh. Tepatnya bukan merantau sih, tapi ditempatkan di Aceh oleh perusahaan tempat saya bekerja.
Setahun lalu saya pertama kali menginjakkan kaki di tanah sumatra. Suatu hal yang tak luput dari perhatian saya adalah.... Becak. Well, kalau di jawa, becak itu identik dengan kendaraan penumpang beroda tiga, dengan dua kursi penumpang di depan dan dijalankan dengan cara dikayuh seperti naik sepeda oleh seorang pengendaranya di belakang. Seiring berkembangnya jaman dan tuntutan tukang becak untuk membawa barang yang lebih banyak dengan waktu yang relatif harus lebih cepat, sebagian becak di jawa sudah dimodifikasi dengan menggunakan motor sebagai penggerak. Namun, pengendara becak motor jawa tersebut masih sama yaitu di belakang penumpang.

Lain halnya dengan becak di aceh. Becak di aceh memang sebagian besar sudah menggunakan motor sebagai penggeraknya. Hal yang membedakan dengan becak jawa adalah bentuknya. Becak motor, begitu orang aceh menyebut nama becak ini. Kalau di jawa menggunakan mesin motornya saja sebagai penggerak, becak motor di aceh sedikit lebih berbeda. Becak motor ini masih berupa motor utuh se-rangka dan bodi-nya hanya saja di bagian samping kiri motor itu ditambah tempat penumpang yang disambungkan dengan besi yang dilas ke satu motor utuh tadi dan diberi 1 roda di bagian sampingnya. Sebenarnya macam macam sih. Ada yang dimodif sebagai becak motor wisata yang ada tempat duduknya untuk 2 orang dengan payung penutup teduhan. Ada juga yang dimodif menjadi becak motor pengangkut barang yang di bagian sampingnya hanya berupa papan-papan. Ada juga becak motor yang menjadi gerobak penjual makanan.

Menurut saya, becak motor di aceh menjadi salah satu alat transportasi yang efektif. Maklum, disini cuma ada labi-labi sebagai alat transportasi umum. Taksi di kota susah ditemui. Labi-labi (sejenis angkot) tidak bisa menjangkau gang-gang/jalan masuk lorong. Jadi ya becak lah penguasanya... :)

Para turis baik dalam maupun luar negeri disini juga lebih senang menggunakan becak motor sebagai alat transportasinya. Salah satu pengemudi becak motor yang termasyur dan menjadi andalan turis mancanegara ini sering banget nongkrong di depan kantor. Maklum, kantor pas banget di ruko depan pusat belanja oleh-oleh khas aceh. Alias jalan sri ratu safiatuddin, peunayong. Tak jarang bapak pengemudi becak ini mengajak pelanggan becaknya istirahat ngopi dulu di "Kedai Bang Mus" warung kopi kecil pas depan kantor, sekaligus mengenalkan budaya Indonesia khususnya Aceh pada pelanggannya. Nah, bapak ini hebat banget lho sampai bisa 7 bahasa diantaranya perancis, jerman, jepang, kalo bahasa inggris jangan di tanya yaa... Keren banget ya... ;)

Selain Bapak hebat itu, ada lagi hal unik dari becak motor di aceh yang berhasil menginspirasi saya. Ini bukan tentang becaknya. Tapi tentang bagaimana para pengemudi becak itu membagi waktunya.

Selama setahun ini, setiap weekend saya menyempatkan waktu untuk berjalan jalan. Sekedar keliling kota atau mengunjungi tempat tempat wisata. Setiap saya berkeliling kota pada malam hari, tak jarang saya melihat pengemudi becak mengajak keluarganya juga berjalan-jalan. Pengemudi becak (sang suami) membonceng anaknya di belakang, istri dan anaknya yg kecil duduk di bangku penumpang. Tak hanya satu atau dua keluarga. Terlebih di malam minggu dan di hari minggu. Becak-becak pengangkut barang akan disulap menjadi permadani nan nyaman untuk digunakan berjalan jalan keliling kota dengan keluarga kecil mereka. Papan yang biasa digunakan untuk mengangkut barang, digelar tikar lengkap dengan selimutnya. Dipapan itu duduklah istri, mamak, anak anak mereka yang masih kecil, tertawa senang sambil menunjuk-nunjuk apa yang mereka sukai di jalan. Ada juga pemuda yang beramai-ramai menaiki becak serupa dan berjalan jalan keliling kota. Sangat syahdu.

Melihat pemandangan seperti ini saya sempat menangis. Bukan, bukan menangis karena sedih. Saya sangat terharu melihat mereka begitu bahagia dengan kesederhanaan itu. Betapa besar rasa syukur tergambar dari senyum senyum gembira mereka yang ikhlas.

Mereka bekerja tanpa lelah. Tapi kebahagiaan keluarga tetaplah tujuannya. Waktu dan kasih sayang adalah hal termahal yang bisa diberikan . Hehe... Intinya saya sangat kagum pada warga Aceh atas rasa kebersamaan yang begitu indah bersama keluarganya. Suasana keakraban di jalanan kota yang menjadi pemandangan inspiratif tersendiri bagi saya.

Melihat seperti ini, jadi rindu keluarga di rumah. Ingin rasanya memeluk mereka.
Setiap orang mempunyai jalan sendiri, saya pun bersyukur bisa melihat kehidupan di tempat lain, melihat kegembiraan mereka. Dan saya yakin kegembiraan saya akan berkali lipat melebihi mereka pada saat saya bertemu keluarga saya nanti. ((Lah, kok jadi curhat))

Oya tulisan ini bukan bermaksud membedakan suku/ras, dll. Di jawa pasti juga tidak kalah menarik cerita cerita tentang becaknya. :)) Tapi yang saya ceritakan ini menjadi salah satu perhatian saya selama di Aceh dan saya ingin menulisnya sebagai apresiasi.

I Love You Hubby,
I Love You Mom,
I Love You Daddy,
I Love You Efit, Erin, Fao... :* :* :*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hubungan Alpha dan Beta

Jika saja

Jingga